Score: 9/10image by amazon.com
Avatar: The Legend of Aang tayang sejak tahun 2005-2008. Sesuai judulnya, animasi ini betul-betul melegenda. Saya baru saja menonton ulang untuk kelima kalinya, mungkin. Tidak pernah bosan untuk menyaksikan keseruan Aang, Katara, Sokka, dan Toph karangan duo Michael Dante DiMartino dan Bryan Konietzko ini.
Perjalanannya yang mungkin terinspirasi dari kisah para nabi dan para dewa dalam "mendamaikan dunia", membuat cerita animasi ini asyik untuk diikuti. Barangkali sampai hari ini kita hapal opening/bumper ketika satu episode akan dimulai. Total keseluruhannya ada 61 episode yang dibagi menjadi 3 buku (chapter/season).
Sejujurnya, saya banyak dapat pelajaran hidup dari, katakanlah, animasi anak-anak ini. Aang sebagai pengendali udara terakhir, dikenalkan hidup dari lingkungan para biksu. Itu kenapa ketika di akhir saat melawan raja api Ozai, ia menunjukkan kebijaksanaan seorang biksu sehingga mengampuni raja api paling keji itu.
Belum lagi perjalanan setiap karakternya yang begitu kuat dan melekat di ingatan. Bagaimana Zuko, yang sejak awal memburu Avatar untuk ditangkap dan diserahkan pada ayahnya sebagai cara mengembalikan kehormatannya, ia justru menemukan sendiri makna kebenaran yang sesungguhnya ia butuhkan selama ini.
Tiga karakter favorit saya adalah Appa si bison terbang, Paman Iroh, dan Toph. Dua orang itu memiliki selera humor yang pas untuk saya, dan memegang prinsip hidup yang hebat. Kalau Appa bikin gemas, apalagi kalau udah rebutan makanan sama Momo, lemur pemalas
Episode 19 di season kedua masih menjadi episode terbaik nomer wahid. Saya dibuat merenung dan turut mendengarkan apa yang diucapkan guru Pathik ketika ia akan menunjukkan cara membuka 7 cakra dalam tubuh Aang, gerbang menuju dunia Avatar sejati. Saya yakin 7 hal yang ia perintahkan itu adalah ajaran Buddha.
Kadang suka bingung sendiri, kok bisa-bisanya nonton animasi atau anime bisa kebawa emosi; nangis, kesal, ketawa, bahkan terharu. Dunia ini benar-benar membutuhkan Avatar!! *eh~
Cilegon, 14 Juli 2022