CERPEN
March 31, 2013
“Teguran dari Tuhan”
“Iya Sam aku melihatnya, sangat mengerikan!” sahut temannya yang badannya mulai gemetar.
“mungkinkah ini yang banyak orang katakan
tentang rumah Nomor 13 di blok 13. Aku
tadinya tidak percaya, tetapi mengalami kejadian ini semua Aku jadi merasa takut Jon!” menarik baju temannya.
“Iya Aku juga, apa kamu mau melanjutkan ini, atau
pergi sekarang juga. Kakiku tak berhenti gemetar.”
“Jangan! ini rumah besar, pasti menyimpan uang
yang banyak dan barang-barang berharga. Sudah terlanjur kita sampai disini, aku
tidak mau pulang dengan tangan kosong.” Ucapnya yang berniat ingin mencuri
di rumah itu.
Mereka setiap melangkahkan kaki terasa
berat, wajah pun terlihat sama pucat. Suasana dalam rumah itu terasa seperti ada
angin badai yang menerpa tubuh mereka bertubi-tubi, tetapi kegigihan mereka
tetap tidak pupus.
“Bu, bangun Bu! Aku melihat ada dua bayangan
yang misterius di ruang tamu kita. Saat aku lihat, mereka membalas tatapanku, tapi
entahlah mereka terlihat diam saja, seperti ketakutan.” Ucapku tergesa-gesa setelah sampai di kamar Ibu.
“Kamu bicara apa sih, jangan berisik ah.
Ayahmu nanti terbangun. Bilang saja kamu mau tidur dengan Ibu, kamu takut kan?”
ejeknya yang tidak meladeni ucapanku.
“Apa sih Ibu ini, gak percaya sama Rasyid. Aku
sudah 18 tahun Bu, aku bukan anak kecil lagi. Aku berkata
sebenarnya, percayalah!” Aku yang mencoba meyakinkan Ibu.
“Aaarrghh, panasss...tolong, tolong!!!”
terdengar seruan orang minta bantuan di ruang tamu. Sontak Aku dan Ibu pun
kaget, begitu pula dengan Ayah. Dengan muka yang cemas dan ketakutan Aku, Ayah
dan Ibu menuju sumber suara. Aku tersentak dan kaget bukan kepalang, kami
menyaksikan dua orang ---yang sepertinya dua sosok misterius yang aku lihat di dekat pintu ruang tamu
tadi--- sedang mengerang kesakitan karena disekujur tubuhnya terlihat melepuh
seperti terbakar api yang amat panas. Wajah mereka memerah dengan lingkar hitam di mata
yang terlihat semakin dalam.
“Ada apa ini, siapa kalian?” bentak Ayah.
“Ampuuunn, maafkan kami tolong jangan
apa-apakan kami. Hilangkan kutukan ini..!!!”Ucap kedua pria itu memohon.
“Bicara apa kalian, kutukan apa? Aku tidak
mengerti maksud ucapan itu.” Tanya Ayah kebingungan.
“Maafkan kami Pak! Kami berniat untuk mencuri
di rumah ini, banyak yang bicara rumah ini angker
karena bertempat di blok 13 dan no.13. Kami tidak percaya sebelum
akhirnya semua ini terjadi. Di banyak rumah yang sudah kami curi tak pernah
terjadi kesialan seperti ini.” Ujar salah seorang pencuri itu sembari teriak
kesakitan.
“Anak itu, dia...” sambil menunjuk kearahku
dengan muka yang ketakutan dan melanjutkan ucapannya. “Dia Berjalan didepan
kami, tubuhnya memancarkan cahaya hingga terlihat tiga rombongan pasukan perang
berlari kearah kami.” Terang pencuri itu dengan tubuh yang terus mengeluarkan
asap, padahal tidak ada api ditubuhnya. Kontan aku terhentak dengan apa yang
diucapkannya. Mendengar itu aku teringat hal sebelumnya, pantas saja mereka memandangku seperti
orang ketakutan saat itu.
“Aku tekankan, ini bukanlah sebuah kutukan, mitos, atau apalah yang kalian ucapkan sedari tadi. Ini jelas ‘adzab dari Allah untuk kalian
yang senang mencuri. Dengan kebesaranNya Dia tunjukan ‘adzab itu di rumah kami
sekarang, untuk kalian berdua.” Ayah yang menjelaskan persepsi menyimpang
mereka. Tiba-tiba salah seorang dari mereka menghilang dari pandangan
mata, belakang leherku terasa panas, saat aku menoleh terlihat seorang pencuri
tadi siap mencengkram leherku. Aku ketakutan saat jari melepuhnya melingkar
dileherku, ketika dia mau mencekikku lalu... seketika aku terbangun dari tidurku.
Nafasku tak karuan, terasa cepat dan jantungku berdegup keras sekali.
“Astagfirullah, syukurlah semua itu hanya
mimpi.” Aku mengusap keringat yang deras di keningku. Istighfar terusku
tasbihkan. Terdengar adzan shubuh telah sampai di telinga. Kurasa mimpi tadi
adalah sebuah teguran dari Allah. Aku yang jarang mengingatnya saja digambarkan
seorang yang bercahaya dengan rombongan perang yang dapat melindungi keluarga
dari pencuri itu, begitu Maha Pengasihnya Dia. Aku sungguh sangat malu dengan
diri ini, mulai pagi itu juga, Aku berjanji akan selalu beribadah kepada Allah
SWT.
Cerpen ini bisa kawan-kawan baca juga di buku antologi FF berjudul : "Misteri Angka 13 (Penerbit Harfeey,2013)"
0 komentar