[RESENSI] NOVEL: MAKAM UNTUK GADIS SKIZOFRENIA (UNSApress, 2014)
February 08, 2015
Judul Buku : Makam
untuk Gadis Skizofrenia
Jenis Buku : Novel/Fiksi
Penulis : Bella
Vanilla, dkk.
Penerbit : UNSApress
Tahun Terbit : November 2014
ISBN : 978-602-71176-2-4
Tebal : viii
+ 170 halaman.
Harga : Rp. 48.000,-
Harga : Rp. 48.000,-
Kinkind merasakan dirinya sudah
berada di alam roh. Seseorang dengan manik-manik mata sebulat anggur
mendekapnya. Ia meyakinkan kepada gadis bernama lengkap Kinkind Eureka itu
bahwa ia masihlah hidup. Meski gadis yang biasa dipanggil Kind itu tetap belum
bisa percaya. Sebab beberapa hari sebelumnya, ia ingat saat itu kakinya
melompati jendela apartemen di mana tempat ia tinggal. Bella Vanilla menuliskan
mini novelnya—yang kemudian judulnya didaulat sebagai judul utama buku ini,
“Makam untuk Gadis Skizofrenia”—cukup rapi, baik dan konsisten. Di antara
ketiga cerita yang termaktub dalam buku ini, memang mini novel Bella yang
memiliki alur cerita yang kuat, menonjol dan teknik penulisan yang cukup baik
pula.
Mengangkat issue penyakit yang sedang
menjadi sorotan di dunia medis, khususnya bidang kejiwaan memang menarik untuk
diuntai dalam sebuah cerita. Kinkind, si tokoh utama, yang didiagnosis terkena
penyakit Skizofrenia—bagian dari gangguan kejiwaan yang disebabkan adanya
kerusakan atau gangguan pada fungsi dan struktur syaraf di dalam otak manusia.
Kind mengalami waham golongan nihilistik, atau biasa pula diartikan sebagai
delusi dimana si penderita merasakan, berpikir serta berkeyakinan kuat mengenai
sesuatu yang tidak sesuai pada kenyataannya. Seseorang yang bermata sebulat
anggur yang memiliki nama Grace itulah yang mengatakan hal tersebut kepada
Rhesa Anggaresta, tunangan Kind yang tak lain adalah saudara sepupunya sendiri.
Ayah Mereka kembar identik dan
keduanya mafia narkoba. Hingga di bab akhir kenyataan mulai terkuak. Mereka
adalah anak yang ditukar. Pak Harnako—ayah Kind meminta pada kembarannya Pak
Sumitra untuk bertukar anak. Rhesa, putra tunggal Pak Sumitra adalah alasan
Harnako ingin mengangkatnya anak, demi mendapat kepercayaan mertuanya sebagai
pewaris perusahaan. Bahkan demi itu semua, ia merelakan putri tunggalnya, Kind
diasuh oleh Pak Sumitra. Mendengar kenyataan itulah yang membuat Kind menangis
hingga akhirnya berpikir untuk mengakhiri hidupnya meski takdir berkata lain.
Grace kian hari semakin sering
mengunjungi Kind. Hingga ia sudah menganggapnya seperti adik sendiri. Apa yang
dialami Kind, itu serupa dengan apa yang pernah dialami mendiang ibunya. Bella
berhasil membuat cerita ini manis dengan memakai tiga narator dari kedelapan
bab mini novelnya. Suara masing-masing narator pun berkarakter, tentu dengan
penempatan yang proporsional. Mungkin ini pula alasan mengapa dari sekian
naskah yang ikutserta dalam ajang lomba Mini Novel UNSApress 2014, naskah Bella
Vanilla-lah yang menjuarainya. Sependapat dengan Kamiluddin Azis dalam
pengantar mini novel ini, bahwa: cerita
yang ditulis Bella menampilkan perpaduan antara cinta, kebencian, dan dendam
masa lalu dengan bumbu suspense yang
kental, dipadu sedikit unsur surealis dan psikologis.
Selain Bella, ada pula mini novel
Heruka berjudul, “Origami dalam Kaleng”
yang berkisah tentang dua insan—Puri dan Tara—yang menjalin cinta; mengikat
janji, berpisah lalu dipertemukan kembali setelah empat tahun tidak saling berkomunikasi.
Adapula cerita Starin Sani dengan judul, “Senyum
Naya”. Perjuangan seorang remaja yang berusaha melepas belenggu kesulitan
dalam kehidupan keluarganya yang serba kekurangan. Memakai bahasa yang
sederhana namun mengalir dan tampak manis dengan selipan kisah asmara remaja.
Tentu dari ketiga novel ini memiliki
kekhasan serta kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Yang jelas, mengamini
lagi ucapan Kamiluddin Azis selaku selektor naskah, bahwasanya tiga penulis terpilih
dalam penggarapan tema untuk buku ini sangatlah unik dan tidak picisan yang
hanya berbicara soal percintaan semata. Tiga tema berbeda yang disatukan dalam
sebuah buku menjadikan karya ini semakin menarik. Rasakanlah
dunia baru yang telah buku ini berhasil ciptakan.[]
Cilegon, 08 Februari 2015
0 komentar