[ESAI] KIAT MENJADI JURNALIS HANDAL (Radar Banten, 03 Maret 2017)
March 03, 2017Dimuat di Koran Radar Banten edisi Jumat, 03 Maret 2017. |
Setelah hadirnya teknologi informasi dan
canggihnya internet, hubungan komunikasi antar manusia menjadi kian mudah dan
cepat. Bukan hanya menjadi perantara antar satu orang dengan satu orang
lainnya, melainkan bisa menghubungkan banyak orang dalam waktu yang (nyaris) bersamaan;
bukan lagi cakupannya dalam satu wilayah, namun bisa menjangkau belahan negara
lain bahkan bisa sampai planet lain. Semuanya kini bisa dilakukan dalam waktu
sepersekian detik.
Hal tersebut di atas erat hubungannya dengan
salah satu profesi yang akan dibahas, yakni Jurnalis. Pada awalnya, profesi
jurnalis terbilang jarang peminat. Bila memaknainya secara pengertian bahasa,
jurnalis adalah orang yang pekerjaannya mengumpulkan dan menulis berita dalam surat
kabar. Namun kenyataannya, kini, siapa pun bisa menjadi jurnalis dalam tempo
yang sesingkat-singkatnya—mengutip sebagian teks proklamasi.
Hari Minggu kemarin, (26/02/17) Maman
Suherman (Kang Maman) yang dikenal sebagai ‘Sang Notulen’ dalam acara Indonesia Lawak Klub (ILK), berkunjung
ke Rumah Dunia dalam rangkaian acara Kawah Literasi Rumah Dunia 2017. Dalam
kunjungannya itu, Kang Maman berbagi pengalamannya seputar pelatihan
jurnalistik dan proses kreatif menulis, di Auditorium Surosowan Rumah Dunia.
Acara dimulai pukul 13.30 WIB dan selesai pukul 16.00 WIB.
Di pertengahan sesinya,
beliau menyampaikan beberapa tip untuk menjadi jurnalis yang andal dan
terpercaya. Ternyata, menurutnya bukan hanya 5W+1H saja yang harus dimiliki dan
diketahui para jurnalis, tetapi ada 5 hal penting yang barangkali akan
membedakan mana jurnalis sesungguhnya dan mana jurnalis abal-abal alias produk
media sosial. Maman menamainya: 5R.
Sebelum menyebutkan lima
poin itu, untuk para jurnalis ber-id card, diharap jangan sempoyongan dahulu. Menjamurnya
pengguna sosial yang dengan mudah membagikan berita hoax itu jangan dianggap suatu ancaman, melainkan jadikan mereka
sebagai target sasaran untuk “dibumihanguskan”. Dan untuk pembaca berita atau
informasi apa pun, barangkali sangat perlu juga menyimak poin-poin berikut,
sebab dengan membacanya secara teliti, sedikitnya kita akan mudah terhindar
dari serangan berita hoax, atau paling
tidak kita jadi lebih pandai dalam memilih dan memilah suatu informasi mana
yang tepat keakuratannya.
Pertama: Read
Hal pertama ini tentu mudah
diucapkan tetapi sulit diterapkan. Dibanding zaman dahulu yang begitu sulitnya
mendapatkan informasi, zaman sekarang justru overload informasi. Karena saking banyaknya itulah kita jadi
kesulitan mana yang berita benar alias fakta, dan mana berita bohong—yang
populer disebut hoax!
Untuk menjadi jurnalis
profesional, atau minimal penyampai berita untuk warga sekitar, membaca adalah
poin terpenting. Jangan terburu-buru menuliskannya untuk kemudian dibagikan; di
media sosial seperti Facebook, untuk menjadi penyambung lidah cukup jempol yang
bekerja. Tinggal tekan tombol share, dan
tersebarlah informasi yang belum jelas kebenarannya itu. Maka untuk semakin
meyakinkan dengan informasi apa yang diterima, kita harus melangkah pada R yang
kedua.
Kedua: Research
Ketika menyelesaikan skripsinya di jurusan
Kriminologi, Kang Maman mesti melakukan riset selama 2 tahun lamanya. Mahasiswa
Universitas Indonesia itu melakukan objek penelitian sekaligus mengangkat
sebuah isu yang berkembang pada masanya; yakni perdagangan perempuan terhadap
perempuan (pelacuran lesbian). Bahkan ia mesti melakukan penyamaran seperti
menjadi sopir antar jemput para pelacur hingga berbaur dalam kehidupan malam
itu, guna mendapatkan informasi yang begitu akuran. Beberapa tahun setelah
skripsinya selesai, ia membukukannya dan sudah terbit dengan judul, Re: (KPG, 2014).
Maman menyampaikan, tentu bukan berarti kita
mesti melakukan apa yang ia kerjakan demi sebuah riset. Banyak hal yang bisa
dilakukan selain kontak langsung. Bisa dengan memanfaatkan kecanggihan
teknologi dan internet, mencari-cari referensi melalui buku, atau memang bila
diperlukan, datangi narasumbernya langsung agar apa yang akan kita sampaikan
nantinya bisa benar-benar dipercaya khalayak umum.
Ketiga: Reliable
Ya, ketika kita sudah membuat pembaca
percaya, maka bisa dikatakan mereka akan menjadi pembaca setia tulisan, berita,
dan reportase-reportase kita berikutnya. Akan selalu dinanti-nantikan soal
apalagi yang akan kita sampaikan untuk menambah wawasan mereka. Maka jadilah
jurnalis yang terpercaya, dengan mempertimbangkan segala aspek, baik dari sudut
pandang korban, pelaku, saksi, narasumber lain dan segala macam. Selalu lakukan
konfirmasi pada orang yang berkaitan langsung dalam suatu peristiwa.
Keempat: Reflecting
Seperti yang sudah disinggung di poin ketiga,
jurnalis adalah penyampai fakta. Bisa dibilang kebenaran. Namun sayangnya,
belakangan sebagian besar media kurang objektif dalam memberitakan sesuatu.
Tidak berimbang dan cenderung asal-asalan. Lebih-lebih tanpa adanya konfirmasi langsung
dari kedua belah pihak. Nah, pada bagian ini Kang Maman menunjukkan apa itu Reflecting dalam sebuah praktek.
Ia melepaskan topi bertuliskan, Iqra (dalam huruf arab) yang dipakainya.
Ia berdiri di belakang topi itu lalu bertanya pada peserta di hadapannya, “apa
bacanya?” semua serempak berteriak, “Iqra,”.
Kang Maman menggeleng, ia bilang tidak ada tulisan. Keduanya menyatakan
kebenaran dari sudut pandang masing-masing. Topi itu perwujudan dari “Fakta”,
sedangkan Kang Maman dengan audiensi adalah apa yang disebut tadi, Reflecting. Jadi, sebagai pembaca dan
penulis khususnya, kita jangan terburu-buru mengatakan sesuatu benar atau
salah, sebab bisa jadi itu hanya soal sudut pandang saja.
Kelima: (W) Right
Pada poin akhir ini ia sedikit bermain teka-teki. Yang
dimaksud tentu saja, Right, sebab itu
bagian dari poin 5R tadi. Hanya saja, di papan tulis ia menambahkan huruf W di
depan kata Right. Kang Maman kurang
lebih menyampaikan maksudnya yakni, bila kita ingin menjadi jurnalis yang baik
dan andal tentu harus mengatakan apa pun dengan benar; tidak ada yang
ditutup-tutupi, tidak ada yang dibelokkan, tidak menjiplak karya orang lain, tidak
mengarang ucapan narasumber dan segala kebohongan yang seolah dibuat sebagai suatu
kebenaran. Sedangkan, untuk peletakan W di depan tak lain bila kita sudah
melakukan 5W+1H juga poin 5R, maka lekaslah Wright
(baca: Write). Menulislah apa pun yang semestinya ditulis. Sampaikan apa
pun yang seharusnya disampaikan.
Selamat mempraktekkan dan “membunuh”
para penyebar hoax![]
Cilegon, 27 Februari 2017
2 komentar
Trims ya De..sangat bermanfaat artikelnya
ReplyDeletealhamdulillah, sama-sama, bang. Nuhun sudah mampir. :)
Delete