[RESENSI] NOVEL BIOGRAFI: SI DOEL KARYA RANO KARNO (GPU, 2016)
March 09, 2017
Ketika Pemain Pilem
Jadi Gubernur
Judul Buku :
SI DOEL
Jenis Buku :
Nonfiksi/Biografi
Penulis :
Rano Karno
Penerbit :
Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit :
Cetakan I, Okober 2016
ISBN :
978-602-03-3456-1
Tebal :
viii + 204 halaman
Harga :
Rp. 60.000,-
Barangkali,
judul itu yang tepat merangkum segala isi buku, “Si Doel” karya Rano Karno
ini—sekalipun Rano Karno pernah menjajal dunia tarik suara. Bila yang pembaca
cari soal hal-hal menarik dari Rano selama menjadi entertainer, tentu salah jurusan, hanya sedikit hal itu disinggung
olehnya. Dalam buku ini, Rano menuliskan segala hal-hal selama hidupnya yang
belum pernah diungkap kepada publik. Ia blak-blakan soal kisah cintanya, masa
kanak-kanaknya, hubungan dengan saudara-saudaranya, orang tuanya, hingga kisah
pelik dengan keluarganya yang sentimentil.
Pembaca seperti
tak sedang membaca biografi seseorang yang pernah menjadi Role Model para
pemuda di awal masa kejayaannya sekitar tahun ’60 dan ’70-an. Akan tetapi, kita
seperti membaca sebuah kisah inspiratif tentang sosok anak kampung, yang hidup
sederhana dan memiliki cita-cita menjadi pemain film.
Ayahnya,
Soekarno M. Noer, memang seorang aktor kawakan sekaligus sutradara—meski belum
banyak film yang diproduksi olehnya kala itu. Rano kecil sangat ingin sekali
bermain film, seperti kakaknya Rubby Karno yang lebih dulu terjun di dunia
akting. Sayangnya, Papa tak pernah mengizinkannya. Sehingga Rano kecil sering
mengeluh, “Kakak boleh, Rano nggak boleh (main pilem). Papa kepinginnya Rano jadi pemain bola. Atau Badminton.” (hal.58).
Namun, sepertinya memang sudah garis keturunan, pada tahun 1973 ia menjadi
pemeran utama bersama Benyamin S. dalam film, “Si Doel Anak Betawi” yang
disutradari oleh Sjuman Djaja. Cerita yang diangkat berdasarkan novel karangan
Aman Datuk Madjoindo itu. Dan ternyata, Rano kecil sudah membaca novel tersebut
sejak usia 7 tahun (hal.19). Rano adalah putra ke-3 dari 6 bersaudara. Dua di
antaranya, Rubby Karno dan Suti Karno, bergelut di dunia seni peran juga. Tino,
Santi dan Nurli Karno barangkali lebih nyaman berada di balik layar. Mereka
bersama tergabung dalam PT. Karno’s Film.
Menginjak usia
remaja, namanya semakin melejit setelah membintangi film, “Gita Cinta di SMA”
dari novel karya Eddy D. Iskandar dan disutradarai oleh Arizal tahun 1979
(hal.18). Ia berperan sebagai Galih yang memiliki kekasih bernama Ratna, yang
diperankan oleh Yessi Gusman. Kemudian tahun 1994 ia kembali berperan sebagai
Si Doel dewasa dalam sinetron, “Si Doel Anak Sekolahan”, yang tayang di RCTI.
Di sanalah masa puncak kejayaan Rano sebagai aktor kebanggaan Indonesia
(hal.19).
Setelah di rasa
sudah pernah menjajaki suka-dukanya kehidupan di dunia akting, rupa-rupanya ia
belum “puas” memberi manfaat untuk orang banyak. Rano kembali mengejutkan publik di penghujung 2007 dengan menyatakan bahwa
dirinya telah ditetapkan sebagai Calon Wakil Bupati (Cawabup) Tangerang sesuai
dengan keputusan partai pendukung untuk mendampingi Calon Bupati Ismet Iskandar
pada Pilkada Tangerang 2008. Pasangan ini kemudian terpilih sebagai
pemenang dan Rano menjadi Wakil Bupati Tangerang untuk periode 2008-2013. Pada 19 Desember 2011, ia
mengundurkan diri dari jabatannya karena terpilih sebagai Wakil Gubernur Banten mendampingi Ratu Atut Chosiyah (Gubernur Banten
periode 2007-2011). Dan berdasarkan hasil perhitungan yang diumumkan oleh KPUD
Banten pada tanggal 30 Oktober 2011, dipastikan pasangan Ratu Atut Chosiyah dan Rano Karno
memenangkan hasil Pilkada Banten untuk periode 2012-2017. Itu berarti, ia hanya
menjabat sebagai wakil Bupati Kab. Tangerang selama sekitar tiga tahun,
sembilan bulan kurang tiga hari, tepatnya tiga tahun, delapan bulan, 27 hari
(hal.151).
Ajaibnya,
ternyata ada satu scene di sinetron
“Si Doel Anak Sekolahan” yang “meramalkan” kalau Tukang Insinyur itu bakal jadi
Gubernur. Bermula dari kelakar Babeh Sabeni yang diperankan oleh Benyamin Sueb:
“eh Doel, mangkenye gue sekolain lu biar pinter, jangan bodo kayak gue! Jangan
cuman jadi supir oplet aja lu. Jadi dong Gubernur, gitu!”. Ternyata itu jadi
do’a, dan Si Doel betulan jadi Gubernur di Banten (hal.20). Begini, sejak 13
Mei 2014 hingga 12 Agustus 2015, Rano Karno ditunjuk oleh Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono untuk menjabat sebagai Pelaksana Tugas (Plt.) Gubernur Banten
menggantikan Ratu Atut Chosiyah yang dinonaktifkan
terkait kasus suap Pilkada di MK. Setelah tanggal 12 Agustus 2015 sampai
sekarang, ia naik jabatan sebagai Gubernur Banten. Kini ia mencalonkan lagi
sebagai Gubernur Banten untuk periode 2017-2022 berpasangan dengan H. Embay
Mulya Syarief. Rival satu-satunya yakni pasangan Wahidin Halim dan Andika
Hazrumy (Putra kandung dari H. Ratu Atut Chosiyah).
Kelemahan
buku ini terlalu banyak informasi yang sama yang terus diulang-ulang di banyak
halaman. Terkesan boros kata, buang-buang waktu dan melebih-lebihkan halaman.
Sedangkan keunikan buku ini, barangkali karena Rano Karno pernah juga menjadi
seorang sutradara dan penulis skenario, cara ia membuat daftar isi pun persis
dengan draft sebuah naskah skenario. Dimulai dengan opening teaser; yang
berarti halaman awal diisi oleh kata pengantar dari sahabat dan orang
terdekatnya seperti: Eddy D. Iskandar, Yessy Gusman, Mandra dan Kinanti.
Berlanjut dengan istilah-istilah penulisan dalam skenario semacam: fade out, fade in, cut to, dissolve to
flashback. Tiap memasuki bab pun diganti istilahnya dengan act 1; sub babnya jadi scene #1 dan seterusnya sampai berakhir
dengan istilah end of act. Setelah
kalimat the end, ditutup dengan closing tittle (yang berisi testimoni
dari orang-orang yang sudah membaca bukunya).
Sesuai kata
Pak Eddy D. Iskandar, dulu waktu remaja Rano pernah menulis begini: “kecil
terkenal, remaja disuka, dewasa berwibawa, mati masuk surga”. Barangkali semua
pencapaian itu bisa sama-sama kita saksikan. Pesan Pak Eddy, bila ingin
dikenang kehadirannya, “Rano mesti menjadi pemimpin yang amanah, yang murni
mengabdi kepada rakyat, yang mau mendengar suara rakyat, berani menegakkan
pemerintahan yang bersih, jujur dan berwibawa.” (hal.3).
Sebagai
warga Banten, tentu saja kami mengharapkan adanya pemimpin yang semacam itu.
Cilegon, 17
November 2016
0 komentar