doc. pribadi. |
Kenangan yang
Berlarian
setiap kenangan itu tiba
aku selalu menutup pintu hati
dari dalam. kuganjal dengan tumpukan
ingatan dan perasaan yang baru.
aku selalu menutup pintu hati
dari dalam. kuganjal dengan tumpukan
ingatan dan perasaan yang baru.
"pergilah dan jangan kembali,"
kataku menahan sesak.
kataku menahan sesak.
dari jendela masalalu
kuintip kenangan-kenangan itu berlarian
ada yang terjatuh, terinjak
terjungkal dan hancur
kuintip kenangan-kenangan itu berlarian
ada yang terjatuh, terinjak
terjungkal dan hancur
aku ingin sekali membawanya masuk
untuk segera mengobatinya
untuk segera mengobatinya
tapi kenangan, selalu tahu kapan
waktunya menyembuhkan dirinya sendiri
waktunya menyembuhkan dirinya sendiri
Cilegon, 12 Mei 2019
Membakar Kesedihan
pada suatu sore
kau datang membawa kembang api
dengan mata
berbinar mengajak aku pergi
ke suatu masa di
mana hanya ada kita
lalu hujan
datang tanpa kabar
jendela matamu
redup dan berembun
pamit tanpa
suara
meninggalkan aku
tanpa jeda
hari ini aku
masih menggenggam
kembang api yang sama
di tempat yang
sama
menantimu datang
untuk membakar
kesedihan
bersama
Cilegon, 21
Februari 2019
***
Aku Tahu Kau akan Pergi
aku tahu kau akan pergi
dari kursi di sisi pagi
tempat kita menunggu mentari
pertemuan kita adalah perjalanan
panjang menerabas belukar
menemukan kelokan rasa dan hati
aku tahu kau akan pergi
melewati senja di tepi danau
aku tahu kau akan pergi
dari kursi di sisi pagi
tempat kita menunggu mentari
pertemuan kita adalah perjalanan
panjang menerabas belukar
menemukan kelokan rasa dan hati
aku tahu kau akan pergi
melewati senja di tepi danau
tempat kita memancing kebahagiaan
di sini, kanak-kanak adalah puisi yang tak pernah mati
aku ingin jadi kanak-kanak
bebas terbang menjadi burung
lalu tahu kapan dan ke mana mesti pulang
aku ingin jadi kanak-kanak
yang bebas dari kegelisahan
bermain sampai lelah
selelah-lelahnya
di sini, kanak-kanak adalah puisi yang tak pernah mati
aku ingin jadi kanak-kanak
bebas terbang menjadi burung
lalu tahu kapan dan ke mana mesti pulang
aku ingin jadi kanak-kanak
yang bebas dari kegelisahan
bermain sampai lelah
selelah-lelahnya
dan lupa caranya menjadi dewasa
Cilegon, 26 Maret 2019
***
Bermalam dengan Penyair
:as hs
:as hs
malam ini aku tidur di rumah
penyair
pintunya yang mengelupas
terbuat dari bekas sampul buku.
pintunya yang mengelupas
terbuat dari bekas sampul buku.
kasur lapuk itu adalah endapan kata
yang tidak selesai.
serakan huruf di mana-mana
mengisi setiap sudut kamar
malam ini aku tidur di rumah
penyair
nyamuk-nyamuk berwujud patahan
huruf menyerbu sekujur tubuh
; menghisap darah juga airmata
tak sedikit pun memberi jeda
untukku terlelap dan bertemu Engkau
nyamuk-nyamuk berwujud patahan
huruf menyerbu sekujur tubuh
; menghisap darah juga airmata
tak sedikit pun memberi jeda
untukku terlelap dan bertemu Engkau
malam berikutnya aku tak ingin
lagi
tidur di rumah penyair
sepanjang malam matanya selalu
terjaga
berbicara panjang dengan buku-buku
dinding juga lantai bambu
tidur di rumah penyair
sepanjang malam matanya selalu
terjaga
berbicara panjang dengan buku-buku
dinding juga lantai bambu
katanya, ia tak lagi percaya di
luar atap
serta langit-langit yang selalu menatap
tak ada lagi manusia utuh
tak ada lagi Engkau dalam
tubuhnya yang rapuh.
serta langit-langit yang selalu menatap
tak ada lagi manusia utuh
tak ada lagi Engkau dalam
tubuhnya yang rapuh.
Ciloang-Serang,
11 Januari 2017 : 06.23.
***
Lelaki Waringin
—kepada Abdul Salam HS
Padamu sepi hendak berkawan
di mal, di kota, di komunitas, di jalanan
suaramu adalah gemerisik padi
yang ditinggal pergi para petani
sebab rumput ilalang tumbuh
di tanah berakar baja dan besi
—kemudian gedung-gedung subur membajaki
sawah-sawah.
Dalam genggammu tersimpan sunyi
berteriak sepanjang malam.
Duapuluh empat silam
tubuhmu singgah ke dunia
digendong malaikat menjelma
rupa seorang perempuan ayu
yang tinggal di Waringin.
“Aku ingin menjadi Malaikat Waringin,” katamu pada sepi.
Laba-laba sibuk menyulam jaring
cicak di dinding berebut nyamuk
yang terjebak di sawang rapuh
lalat-lalat menyesapi sisa makan
di antara tumpukan baju kotor
gunungan buku dan catatan-catatan
yang tak pernah kau kirimkan ke manapun.
“Aku ingin menjadi malaikat Waringin!” katamu semakin lantang.
Seketika seisi kamar bergeming
hanya satu bisikan angin pada
almanak lusuh di dada tembok
yang bolong-bolong
seketika seisi kamar bersenandung
kidung selamat ulang tahun.
Cilegon, 15 Juni 2016
***
Aku Harus Melalui Jalan Ini
aku harus melalui jalan ini
lewat gang-gang sempit
bau apak dan tikus-tikus
berkejaran
lewat gang-gang sempit
bau apak dan tikus-tikus
berkejaran
aku mau tidak mau
meningkahi tangga kayu rapuh
yang meliuk ke entah menuju
pintu sebelah mana
ke tempat tinggal siapa
meningkahi tangga kayu rapuh
yang meliuk ke entah menuju
pintu sebelah mana
ke tempat tinggal siapa
langit mendung dan
kepala rasanya ingin copot
kepala rasanya ingin copot
tapi buku puisi
yang menemani perjalananku
membebat tangan kuat-kuat
lalu ia berkata seolah pernah hidup
jutaan tahun lamanya,
"jalanmu masih panjang
merunduklah dan kan kau temui Tuhan."
yang menemani perjalananku
membebat tangan kuat-kuat
lalu ia berkata seolah pernah hidup
jutaan tahun lamanya,
"jalanmu masih panjang
merunduklah dan kan kau temui Tuhan."
aku harus melalui jalan ini
bukan karenanya
bukan karenanya
aku harus melalui jalan ini
karenaNya menunjukkan satu
arah saja.
karenaNya menunjukkan satu
arah saja.
Cilegon, 04
Januari 2017
*) puisi ini ditulis pra-sidang skripsi
***
Seseorang yang
Mengenalkanku pada Rindu
: teruntuk engkau yang hendak berbahagia
: teruntuk engkau yang hendak berbahagia
sepertinya baru kemarin kita
menuntaskan perjalanan. Menyusuri jejak
yang pernah ada, lalu menggantikannya.
menuntaskan perjalanan. Menyusuri jejak
yang pernah ada, lalu menggantikannya.
sayangnya jejak itu akan lusuh
menguap dan terhapus oleh hujan
yang jatuh dari sulur-sulur kelopak mata
mengalir dari hulu ke hilir
sampai jauh mengiringi langkahmu.
menguap dan terhapus oleh hujan
yang jatuh dari sulur-sulur kelopak mata
mengalir dari hulu ke hilir
sampai jauh mengiringi langkahmu.
aku bukan tak senang engkau hendak
melaksanakan sunah rasul; menggenapi
yang ganjil. hanya saja, caramu pergi
yang belum bisa kuterima.
melaksanakan sunah rasul; menggenapi
yang ganjil. hanya saja, caramu pergi
yang belum bisa kuterima.
dari bibir yang kian kering; terucap
doa yang selalu basah untuk kebaikanmu
jangan beritahu padaku siapa penemu
rindu. atau matamu akan sukar terpejam
meski lampu telah padam.
doa yang selalu basah untuk kebaikanmu
jangan beritahu padaku siapa penemu
rindu. atau matamu akan sukar terpejam
meski lampu telah padam.
tahniah. berbahagialah!
Cilegon,
16 Juli 2015
Seperti Ada yang Hilang (?)
Seperti ada yang
hilang
entah apa
Kemarin langit wajahmu
masih cerah
hari ini hujan datang
tiba-tiba tanpa
pertanda.
Seperti ada yang
hilang
entah apa
Sepetak ruang di
dadamu
tandus lalu basah
kau menyiraminya
dengan airmata.
Seperti ada yang
hilang
entah apa
dengus hangatmu
menjalari
lagi tubuhku yang
papa.
Seperti ada yang
hilang
entah apa
Kamu, adakah?
Cilegon, 15 Mei 2016
***
Rumah Seorang Penyair
:
tentang engkau Muhammad Rois Rinaldi
bunyi menggerisik itu adalah isyarat
rumput
yang tumbuh di atas aspal retak. tiga detik
kemudian rusak hilang-gerak
digilas roda truk.
lurus ke depan suara bising
meraja
kiri sedikit, menyelinap gang
sempit,
memiringkan badan di antara
dua rumah yang menghimpit,
mata menyipit, lepas itu ‘kan kau
temui
rumah seorang penyair membungkam
jerit.
melangkahlah.
sejauh mata memandang
hamparan sawah menyambut riang.
bocah dengan aroma lempung
tengah asyik mencari lubang. katak,
cacing
dan gemelende adalah umpan urek-urek
untuk pancing. niat menjebak
belut
tapi lebih sering ular yang
turut.
sisanya sepasang kakek-nenek
tengah ngegebod
memilah gabah untuk dijual
hasil keringatnya bakal dipakai mengganjal
perut sebulan mendatang, barangkali.
anak-cucunya pindah ke kota
mengadu nasib bermodal
dadu keberuntungan.
di sisi lain, di bawah pohon
randu itu
sepasang remaja berseragam putih
abu-abu
berkelakar perkara guru, sekolah
dan kekasih
sesekali kikuk bertukar peluk.
berhentilah.
kau telah sampai pada
sebuah rumah seperti di dukuh paruk*
: sederhana, tenteram dan tenang.
pintu terkuak sesaat setelah kau
ketuk. penyair datang
menyambutmu dengan segala yang
dimilikinya.
di teras bertukar cakap, beradu
topik
rokok dan kopi dan rebusan
kacang, mantang, dangder, setia
berbagi
kepulan asap, aroma dan rasa ke tetangga-tetangga.
sunyi menyergap malam menantang
penyair izin ke dalam. lantas kembali
untuk memilih tak lagi bungkam
kali ini berteriak;
mengerang
meraung
melawan!
waspadalah!
Cilegon,
19 Desember 2015
*) Nama sebuah perkampungan yang ada di dalam novel “Ronggeng Dukuh
Paruk” karya Ahmad Tohari.