[Esai] Pansos Adalah Jalan Ninja Kita~~
August 06, 2021Foto: REUTERS/Leonhard Foeger)
Orang yang paling direpotkan atas kemenangan Greysia Polii dan Apriyani Rahayu di Olimpiade Tokyo 2020 kemarin adalah tukang desain gratis grafis. Bersyukurlah andai mereka sudah dipesan membuat ucapan selamat sebelum pertandingan final berlangsung. Tapi, coba bayangkan kalau kondisinya begini: Si tukang desain menonton pertandingan final di detik-detik akhir, lalu Greysia dan Apriyani dinyatakan menang, seketika ponselnya berdering yang diketahui kemudian pesanan ucapan selamat, pasti suara hati mereka kurang lebih sama, "baru seneng langsung kerja lagi"! Tentu itu suudzon saya saja. Siapa, sih, yang menolak kerjaan atau project di saat sulit seperti sekarang?
Pertandingan final Greysia/Apriyani melawan ganda putri China, Chen Qingchen/Jia Yifan ini memang paling ditunggu oleh masyarakat Indonesia kebanyakan. Terbukti dari kabar yang diberikan teman saya, ketika dia harus melaksanakan zoom meeting di jam yang sama dengan pelaksanaan pertandingan, dengan santainya si bos chat di grup wa "kita undur satu jam ya meetingnya, yang lagi santai, silakan tonton pertandingan final badminton ganda putri. Ayo dukung Indonesia!”
Betapa pertandingan ini dapat menghentikan banyak kegiatan sekrusial apa pun. Bulu tangkis dan Indonesia ibarat kepala dan otak. Saya ngasal aja soal ini tapi poinnya, dua hal ini tidak bisa dipisahkan.
Pasca dinyatakan ganda putri asal Indonesia meraih medali emas, teman-teman saya ramai mengucapkan selamat atas kemenangan duo wonder women ini. Bahkan ada yang kayaknya akrab banget tuh sampe ngetag akun mereka, berharap di-notice dan direpost story-nya. Hahaha (iri? Bilang, boss!)
Hampir semua medsos, secara serentak, di jam yang sama semua bicara soal badminton, bahkan yang tidak paham atau tidak menonton langsung siaran live-nya sekalipun. Yang penting ucapin selamat aja dulu. Macam rangorang di grup wasap yang hanya kirim stiker ucapan selamat atau belasungkawa yang akhir-akhir ini ramai kita temui, seolah dengan mengirim stiker sudah paling peduli. Padahal dalam beberapa kitab menilai tidak dianggap dan tidak dihitung (sia-sia) doa yang disampaikan lewat stiker kalau tidak dilafalkan kepada sohibul musibah.
Saya tak langsung mengikuti teman-teman lainnya membuat story atau status wasap serempak memberikan ucapan serupa. Bukan berarti tidak ikut senang, sungguh belum afdol jadi orang Indonesia bila tidak bangga atas kemenangan medali emas pertama bagi atlet Indonesia di Olimpiade Tokyo 2020 ini.
Hanya saja, ada yang mengusik saya. Yaitu status pesbuk teman saya, Agung Pangestu menulis, "Tungguin aja, bentar lagi pasti banyak poster pejabat yang ngucapin selamat ke Greysia dan Apriyani. Tapi poster muka sama partainya lebih gede daripada poto atlitnya."
Tentu tanpa ramalannya itu pun, seperti yang saya bilang diawal, semua pejabat, publik figure, para tokoh dan yang menganggap dirinya tokoh penting, bakal membuat poster dengan desain yang tentu saja wajib ada foto mereka terpampang, dan, meski tidak lebih besar dari juara, paling tidak sama besarnya.
Saya tahu, kemenangan pebulu tangkis ganda putri ini kabar baik yang bisa meningkatkan imun di kala situasi pandemi (meskipun saat malam hari Pak Presiden yang terhormat mengumumkan PPKM diperpanjang sampai kamu balikan sama aku 9 Agustus) tapi alangkah baiknya jangan semacam, kalau bahasa influencer-nya, pansos ~> panjat sosial.
Persis yang dilakukan Chicco Jerikho dengan kedai Filosofi Kopi-nya. Publik figure memang pandai mengelaborasi suatu ide yang masih mentah menjadi mentah bangetlah. Dia menulis di akun instagramnya:
"Kopi atau minuman apa pun gratis seumur hidup di seluruh kedai @filosofikopi dan @filosofikopiride buat sang juara INDONESIA @greyspolii dan @r.apriyanig."
Saya tahu belio sedang terbawa euforia dan bangga. Tapi mbok ya apa tidak mikirin lambung para atlet kebanggaan kita itu. Nggak lucu dong, waktu Greysia mau smash tiba-tiba perutnya mules terus izin ke toilet di tengah pertandingan berlangsung?
Nggak usah dikasih gratis seumur hidup juga mereka kalo mau ngopi ke sono tetep ke sono kok, tanpa takut kagak bisa bayar. Itu ibaratnya Greysia sama Apriyani lagi duduk santuy di kedai kopi terus Chicco lewat nawarin kopi produknya, ya sia-sia aja.
Saya juga bisa aja bilang sekarang kalau duo ganda putri ini gratis jajan di warung emak saya seumur hidup. Meski terdengar lebih tidak mungkin terjadi. Dalam momen apa mereka jalan ke kampung saya terus niat banget jajan di warung emak?
Kalau mau pansos dan promosi dan dapat tepuk tangan, coba lakuin apa yang Arief Muhammad kasih ke mereka. Bahkan dia berjanji sebelum pertandingan usai:
“FINALLY!!! Bangga banget sama @greyspolii dan @r.apriyanig!!! Terima kasih sudah membawa pulang medali emas untuk Indonesia. Sesuai janji, cabang @basoaciakang untuk kalian sudah menunggu di Indonesia. Masing-masing dapet satu!”
Begitu baru bener. Ya tetep aja sih namanya marketing, tetep mengandung promosi. Cuma, kan, bermodal gitu, ada hadiah jelas yang diberikan. Karena kita tahu, atlet ini rame waktu menang gini doang, banyak contohnya yang di masa tua persis veteran perang yang diabaikan hidupnya oleh negara. Paling nggak, kalau setelah pensiun nanti, apes-apesnya mereka jadi bos baso aci, kan?
Otak kreatif orang Indonesia emang nggak ada habisnya dah. Selain twit-twit di atas, ada satu yang mengetwit begini: “Coba pelaksanaan olimpiade waktunya dicocokin sama pelaksanaan pemilu di Indonesia. Pasti nggak kisruh, karena bakal bersatu.”
Iya, sih, orang Indonesia bakal bersatu, tapi kalau itu terjadi, tentu bisa dibayangkan para atlet kita bakal diusung sebagai salah satu calon dari partai tertentu atau malah sibuk jadi tim kampanye pemilu ketimbang latihan buat kejuaraan?
Rabu, 04 Agustus 2021
0 komentar