Penulis : Keigo Higashino
Alih Bahasa: Faira Ammadea
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan : Pertama, 2020
Tebal : 400 halaman
ISBN : 9786020648293
Score : 9/10
Saya tak menyangka bahwa hype-nya buku ini di Indonesia (dan buku-buku karya Keigo Higashino lainnya) tak hanya FOMO-FOMO belaka—walaupun baru ini bukunya yang saya baca—tetapi cerita di dalamnya memang sebagus itu. Terbit pertama kali dalam bahasa aslinya pada tahun 2012, dan baru diterjemahkan dalam bahasa Indonesia 8 tahun kemudian.
Telat memang, tetapi buku lawas adalah buku baru bagi mereka yang belum membacanya—saya lupa ini kutipan milik siapa.
Berkisah tentang tiga pencuri yang habis kehilangan pekerjaan, lalu bersembunyi di sebuah toko lapuk yang ternyata memiliki aliran waktu berbeda antara di luar dan dalam toko. Dari sanalah kisahnya bermula.
Kakek Namiya-san ternyata di masa lalu membuka jasa konsultasi di toko kelontong tersebut, dan Shota, Atsuya, serta Kohei yang terjebak di dalam toko itu terpaksa bertualang "melintasi waktu" menggantikan sosok sang kakek yang telah meninggal 33 tahun lalu untuk memberikan saran terhadap orang-orang yang mengirimkan surat dari masa lalu itu.
Cerita di mulai dari sini, satu per satu kita disuguhkan kisah orang-orang Jepang dengan segala problematika hidupnya. Dan secara ajaib semua cerita selalu bersinggungan dengan Toko Kelontong Namiya dan Taman Marumitsu.
Novel ini menunjukkan pada kita bahwa setiap keputusan yang kita ambil dalam hidup selalu berpengaruh pada banyak hal. Kita semacam diingatkan untuk selalu berhati-hati dalam bertindak dan berucap kepada siapa pun, karena bisa jadi apa yang kita anggap remeh, ternyata bisa begitu berarti untuk orang lain dan berpengaruh besar dalam mengubah jalan hidupnya.
Mau baik atau jahat jalan yang kamu pilih, selalu ada risiko dan konsekuensinya yang harus kita tanggung di kemudian hari.
Omong-omong, novel ini rupanya sudah ada beberapa versi filmnya.
Cilegon, 27 Agustus 2023