[Ulasan Buku] Rahasia Alam Semesta dan Isu yang Terus Hangat (Lensasastra.id, 26 Februari 2023)
November 09, 2023
dokumentasi pribadi |
Perlu satu dekade untuk buku ini sampai ke pembaca dalam terjemahan bahasa Indonesia. Boleh jadi ini adalah tahun yang tepat untuk menerbitkan buku bertema LGBTQ, isu sensitif yang ramai dibicarakan beberapa tahun belakangan ini. Pembaca Indonesia kiwari, sebagian besar tak lagi kolot, lebih terbuka secara pemikiran, dan sudah terbiasa atau membiasakan diri dengan isu dan tema yang beragam, termasuk isu yang satu ini, karena sudah dibekali dengan wawasan dan informasi yang lebih komplet.
Sejak diterbitkan pertama kali dalam bahasa Inggris pada tahun 2012, buku ini mendapatkan sambutan hangat dari para pembaca dan kritikus sastra di Amerika. Begitu pula yang terjadi dalam versi bahasa Indonesianya. Walaupun barangkali, tak banyak novel dengan tokoh utama seorang remaja yang dibebani tema seberat ini. Terkhusus untuk buku-buku remaja karangan penulis Indonesia.
Novel Aristotle and Dante Discover the Secrets of the Universe menguak hal tabu di masanya. Berlatar tahun 80-an di negara Meksiko, Benjamin Alire Sáenz menghadirkan tokoh Aristoteles Mendoza dan Dante Quintana yang bertualang mencari jati diri mereka masing-masing sejak usia 15 tahun. Mereka tak sengaja dipertemukan di sebuah kolam renang.
Sebagaimana novel
coming of age pada umumnya, kisah ini bicara seputar tentang kehidupan
di rumah, hubungan antar keluarga, persahabatan di sekolah, perkelahian antar
lelaki, dan tentu cinta pertama. Yang terakhir disebutkan menjadi penggerak
alur cerita dalam novel setebal 348 halaman ini.
Cerita berjalan dari sudut pandang Ari. Seorang remaja yang menyimpan bara di dadanya. Ia selalu marah pada banyak hal, termasuk pada kedua orang tuanya. Ia nyaris tak memiliki teman dekat. Hari-harinya banyak ia habiskan di dalam rumah dengan rahasia-rahasia yang tak kunjung ayah dan ibunya ceritakan; tentang kenapa Bernardo, kakak laki-lakinya bisa berada di penjara; hal apa yang mengubah ayahnya pasca perang di Vietnam apa yang terjadi di medan pertempuran; serta rahasia-rahasia yang disembunyikan tentang hubungan bibi Ophelia dengan perempuan lain.
Tokoh Remaja
dan Isu LGBTQ
Lahir dan besar
di New Meksiko, Benjamin lebih dikenal sebagai penulis buku anak. Banyak
buku-bukunya yang bercerita tentang kehidupan anak-anak dan mendapatkan
sambutan baik, terlihat dari sederet penghargaan yang pernah diperolehnya.
Bukunya berjudul “He Forgot to Say Goodbye” pernah dinobatkan sebagai buku
terbaik Perpustakaan Umum New York untuk kategori remaja.
Dalam novelnya kali ini, ia menitipkan isu LGBTQ kepada tokoh anak-anak remaja yang tengah kelimpungan mengenali orintasi seksualnya, dalam hal ini terjadi pada tokoh utamanya, Ari. Di Indonesia sendiri, hingga beberapa tahun ke depan, isu ini akan terus diperbincangkan sebab selalu memunculkan dua suara: pro dan kontra. Di Meksiko atau di Amerika sendiri, pada tahun-tahun awal kemunculan komunitas kaum minoritas ini pun, banyak ditentang bahkan sampai dihinakan.
Gambaran tersebut dimunculkan lewat tokoh Dante yang merasa ketakutan saat ia memutuskan bila dewasa nanti akan menikahi seorang laki-laki dan hidup bersamanya. Menjadi remaja yang hidup dalam lingkungan yang konservatif, adalah bayang-bayang menakutkan yang harus dihadapi Ari dan Dante. Berkebalikan dari sifat Ari, Dante dikenal sebagai remaja yang jujur, mencintai keindahan, dan segala tindakannya berdasarkan perasaan. Namun meski begitu, ia sulit untuk mengungkapkan hal yang sebenarnya kepada kedua orang tuanya.
“Aku anak laki-laki satu-satunya. Apa yang akan terjadi dengan cucu? Aku benci aku akan mengecewakan mereka, Ari. Aku tahu aku juga mengecewakanmu.” (Hal.221)
Ari adalah satu-satunya orang yang Dante percaya untuk mengetahui rahasianya. Namun meski begitu, Ari masih tak jujur kepada Dante, bahkan dirinya sendiri. Bila dilihat lebih dalam, tokoh Ari bahkan kesulitan memahami dirinya sendiri, alih-alih menolak kenyataan yang dialaminya.
Cerita Sederhana dan Fokus
Novel ini
bergerak cukup cepat. Lewat narasi-narasinya yang ringkas dan padat, Benjamin
tak berusaha mendramatisasi latar dan perasaan tokoh-tokohnya. Ia memberikan
porsi yang secukupnya kepada tokoh karangannya dan sisanya diserahkan kepada
pembaca. Bahkan, novel remaja ini minim sekali bicara tentang keadaan di
sekolahnya, hanya ada beberapa tokoh perempuan muda yang dikenalkan Ari sebagai
sahabatnya, walaupun sering ia sebut mereka perempuan yang menyebalkan.
Tak ada kemewahan yang ditawarkan, baik dalam teknik penulisan mapun konflik cerita yang memiliki kompleksitas tinggi, misalnya. Novel ini dituturkan secara sederhana dan fokus saja pada kehidupan dua tokoh utamanya, Ari dan Dante.
Mereka mengingatkan saya pada kisah cinta Jack Twist dan Ennis del Mar dalam novela Brokeback Mountain (GPU, 2006) karangan Annie Proulx yang juga bicara tentang isu serupa. Bedanya, mereka telah matang secara usia dan pikiran, ditambah mereka tahu cara menghadapi konflik internal yang terjadi dalam keluarganya, sementara Ari dan Dante adalah dua anak remaja yang tersesat di hutan belantara dan kehilangan kompas penunjuk arahnya. Keraguan dalam diri Ari persis karakter Elio Perlman, si remaja tanggung dalam film “Call Me by Your Name” (2017).
Hal paling sentimentil muncul di akhir halaman. Semua “rahasia semesta” yang Ari dan Dante ingin ketahui, terkuak begitu saja. Termasuk rahasia masing-masing dari keluarganya. Dan rupanya petualangan kisah dua remaja ini tak selesai sampai di sana. Tahun 2021 Benjamin melanjutkan petualangan mereka dalam buku berjudul “Aristotle and Dante Dive into the Waters of the World”.
Kabar baiknya, kita tak perlu menunggu satu dekade lagi
untuk membacanya dalam versi terjemahan bahasa Indonesia. Paling lambat tahun
ini buku tersebut bakal terbit di penerbit yang sama. Berharap saja ini bukan
sebuah kebohongan.
Cilegon, 18 Februari 2023
0 komentar